Sempet nemuin petani yang memang sempat belajar dari negara – negara yang sektor pertanian hulu – hilir udah maju udah hampir 100% aouto teknis – mekanisasi. Sebut saja Jepang, Thailand, Malaysia, Amerika, Austrialia, yang sering menjadi tempat belajar dan percontohan skaligus rekreasi. Kok Tahu..!!
Nah, jangan kaget jika yang disebut disini adalah memang petani – petani yang full profesi, bukan sambilan apalagi akademisi yang sekedar. That’s reality. Cuman memang sayang, jumlahnya sangat tidak banyak, rata – rata pahlawan tanpa tanda jasa tersebut punya pengalaman akademis yang lumayan baik daripada orang – orang dilingkungannya atau punya kesadaran sosial yang sangat tinggi untuk mau menyelam sedalam – dalamnya dalam kubangan realitas agraria.
Kondisi ini memang tidak enak, jumlahnya terlalu sedikit jika disebut sebagai para agen perubahan kemajuan pertanian tanah air. Kita mahasiswa mungkin mengenalnya dan menjadikannya idola dalam jiwa, hanya saja hal itu hanya berlangsung dimulut saja dan ketika menjadi pembicara di auditorium atau aula, abis itu ya abis. Kalopun juga pengen menjadi petani atau pengusahaan hasil tani sudah seharusnya ada niat dan usaha untuk menginisiasi, urusan nanti gimana – gimananya, linier dengan jurusan terus jadi petani atau jadi pedagang uang di bank, yaa itu urusan nanti. Seenggaknya kita sebagai mahasiswa mau untuk menghususkan waktu mendekat kepada petani (asli) dan mendengar lebih banyak, kalo perlu ikut “nyebur” ke petakan sawah supaya ada berkahnya ilmu antara yang dipelajari dan diamalkan oleh petani. Untung – untung kita nanti bisa jadi tokoh pengambil keputusan atau stake holder yang bersinggungan dengan pertanian, kan lumayan…win – win solution.
FYI, negeri ini luas banget sob. Ada dan itu bukan mitos, bahwa pulau yang masyarakatnya udah mulai meninggalkan makanan pokok khas daerahnya dan mulai berpindah pangan berdasarkan tren seperti jawa, kembali lagi serba beli. Penyadaran kembali dan memberi akses kembali kepada pangan asli mereka dengan edukasi adalah salah satu tugas kita mahasiswa untuk ikut menyingsingkan tangan. Kalau memang perlu untuk belajar dari sang ahli, yuk mempersiapkan diri menuju luar negeri.
Gerbang masuk pelabuhan Saumlaki Kabupaten Maluku Tenggara Barat (MTB)
Jatinangor, 17 Juni 2016